Sedari keciil aqu selalu diimanja, sampe besarpun aqu terkadang masiih suka miinta diikelonii. Aqu suka kalo tiidur sembari memeluk IIbu, Mbak Liisa atau Mbak Liina . Tetapi aqu enggak suka kalo diikelonii Bapak. Tak tahu kenapa, mungkiin badan Bapak besar dan tangannya diitumbuhii rambut-rambut halus yg cukup lebat. Padahal Bapak paliing sayg padaqu. Kerana apapun yg aqu iingiin miinta, selalu saja diiberiikan. Aqu memang tumbuh menjadii anak yg manja. Dan siikapku juga terus sepertii anak baliita, meski umurqu sudah cukup dewasa.
Tangiisanku baru berhentii setelah Bapak berjanjii akan membeliikanku motor. Padahal aqu sudaH punya mobiil. Tetapi memang sudah lama aqu iingiin diibeliikan motor. Hanya saja Bapak belom biisa membeliikannya. Kalo mengiingat kejadiian iitu memang menggeliikan sekalii. Bahkan aqu sampe tertawa sendiirii. Habiis lucu siih.., Soalnya waktu Mbak Liina meniikah, umurqu sudah 21 tahun.
Hampiir lupa, Saat iinii aqu masiih kuliiah. Dan kebetulan sekalii aqu kuliiah dii salah satu perguruan tiinggii swasta yg cukup keren. Dii kampus, sebenarnya ada seorang wanita yg perhatiiannya padaqu begiitu besar sekalii. Tetapi aqu sama sekalii enggak tertariik padanya. Dan aqu selalu menganggapnya sebagaii teman biiasa saja. Padahal banyak teman-temanku, terutama yg lelaki biilang kalo wanita iitu menaruh hatii padaqu.
Sebut saja namanya Lenora . Punya wajab cantiik, kuliit yg putiih sepertii kapas, badan yg rampiing dan padat beriisii serta dada yg membusung dgn ukuran cukup besar. Sebenarnya banyak lelaki yg menaruh hatii dan mengharapkan ciintanya. Tetapi Lenora malah menaruh hatii padaqu. Sedangkan aqu sendiirii sama sekalii enggak pedulii, tetap menganggapnya hanya teman biiasa saja. Tetapi Lenora tampaknya juga enggak pedulii. Perhatiiannya padaqu malah semakiin menjadii saja. Bahkan diia seriing maiin ke rumah, Bapak dan IIbu juga senang dan berharap Lenora biisa jadii kekasiihku.
Begiitu juga dgn Mbak Liisa, sangat cocok sekalii dgn Lenora Tetapi aqu tetap enggak tertariik padanya. Apalagii sampe jatuh ciinta. Anehnya, hampiir semua teman mengatakan kalo aqu sudah pacaran dgn Lenora , Padahal aqu merasa enggak pernah pacaran dgnnya. Hubunganku dgn Lenora memang akrab sekalii, meskipun enggak biisa diikatakan berpacaran.
Sepertii biiasanya, setiiap harii Sabtu sore aqu selalu mengajak Bobby, anjiing pudel kesayganku jalan-jalan mengeliiliingii Monas. Perlu diiketahuii, aqu memperoleh anjiing iitu darii Mas Heru , suamiinya Mbak Liina . Kerana pemberiiannya iitu aqu jadii menyukaii Mas Heru . Padahal tadiinya aqu bencii sekalii, kerana menganggap Mas Heru telah merebut Mbak Liina dan siisiiku. Aqu memang mudah sekalii diisogok. Apalagii oleh sesuatu yg aqu sukaii. Kerana siikap dan tiingkah laqu seharii-hariiku masiih, dan aqu belom biisa bersiikap atau berpiikiir secara dewasa.
Tanpa diiduga sama sekalii, aqu bertemu dgn Lenora . Tetapi diia enggak sendiirii. Lenora bersama Mamanya yg umurnya mungkiin sebaya dgn IIbuku. Aqu enggak canggung lagii, kerana memang sudah saliing mengenal. Dan aqu selalu memanggiilnya Aunty Maya.
“IIya, Aunty. diiberii sama Mas Heru ”, sahutku bangga.
“Siiapa namanya?” tanya Aunty Maya lagii.
“Bobby”, sahutku tetap dgn nada bangga.
Aunty Maya memiinjamnya sebentar untuk berjalan-jalan. Kerana terus-menerus memujii dan membuatku bangga, dgn hatii diipenuhii kebanggaan aqu memiinjamiinya. Sementara Aunty Maya pergii membawa Bobby, aqu dan Lenora duduk dii bangku taman dekat patung Pangeran Diiponegoro yg menunggang kuda dgn gagah. Enggak banyak yg kita obrolkan, kerana Aunty Maya sudah kembalii lagii dan memberiikan Bobby padaqu sembari terus-menerus memujii. Membuat dadaqu jadii berbunga dan padat sepertii mau meledak. Aqu memang paliing suka kalo diipujii.
Oh, ya.., Nantii malam kamu datang..”, ujar Aunty Maya sebelom pergii.
“Ke rumah..?”, tanyaqu memastiikan.
“IIya.”
“Memangnya ada apa?” tanyaqu lagii.
“Lenora ulang tahun. Tetapi nggak mau diirayakan. Katanya cuma mau merayakannya sama kamu”, kata Aunty Maya IIangsung memberiitahu.
“Kok Lenora nggak biilang siih..?”, aqu mendengus sembari menatap Lenora yg jadii memerah wajahnya. Lenora hanya diiam saja.
“Jangan lupa jam tujuh malam, ya..” kata Aunty Maya mengiingatkan.
“IIya, Aunty”, sahutku.
Dan memang tepat jam tujuh malam aqu datang ke rumah Lenora . Suasananya sepii-sepii saja. Enggak terliihat ada pesta. Tetapi aqu diisambut Lenora yg memakaii baju sepertii mau pergii ke pesta saja. Aunty Maya dan Oom Joko juga berpakaiian sepertii mau pesta. Tetapi enggak terliihat ada seorangpun tamu dii rumah iinii kecualii aqu sendiirii. Dan memang benar, ternyata Lenora berulang tahun malam iinii. Dan hanya kita berempat saja yg merayakannya.
Perlu diiketahuii kalo Lenora adalah anak tunggal dii dalam keluarga iinii. Tetapi Lenora enggak manja dan biisa mandiirii. Acara ulang tahunnya biiasa-biiasa saja. Enggak ada yg iistiimewa. Selesaii makan malam, Lenora membawaqu ke balkon rumahnya yg menghadap langsung ke halaman belakang.
Tak tahu diisengaja atau enggak, Lenora membiiarkan sebelah pahanya tersiingkap. Tetapi aqu enggak pedulii dgn paha yg iindah padat dan putiih terbuka cukup lebar iitu. Bahkan aqu tetap enggak pedulii meskiipun Lenora menggeser duduknya hiingga hampiir merapat dgnku. Keharuman yg tersebar darii badannya enggak membuatku bergemiing.
Lenora mengambiil tanganku dan menggenggamnya. Bahkan diia meremas-remas jemari tanganku. Tetapi aqu diiam saja, malah menatap wajahnya yg cantiik dan begiitu dekat sekalii dgn wajahku. Begiitu dekatnya sehiingga aqu biisa merasakan kehangatan hembusan napasnya menerpa kuliit wajahku. Tetapi tetap saja aqu enggak merasakan sesuatu.
Dan tiiba-tiiba saja Lenora menciium biibiirku. Sesaat aqu tersentak kaget, enggak menygka kalo Lenora akan seberanii iitu. Aqu menatapnya dgn tajam. Tetapi Lenora malah membalasnya dgn siinar mata yg saat iitu sangat suliit ku artiikan.
“Kenapa kau menciiumku..?” tanyaqu polos.
“Aqu menciintaiimu”, sahut Lenora agak diitekan nada suaranya.
“Ciinta..?” aqu mendesiis enggak mengertii.
Tak tahu kenapa Lenora tersenyum. Diia menariik tanganku dan menaruh dii atas pahanya yg tersiingkap Cukup lebar. Meskiipun malam iitu Lenora mengenakan rok yg panjang, tetapi belahannya hampiir sampe ke piinggul. Sehiingga pahanya jadii terbuka cukup lebar. Aqu merasakan betapa halusnya kuliit paha wanita iinii. Tetapi sama sekalii aqu enggak merasakan apa-apa.
Dan siikapku tetap diingiin meskiipun Lenora sudah meliingkarkan tangannya ke leherku. Semakiin dekat saja jarak wajah kita. Bahkan badanku dgn badan Lenora sudah hampiir enggak ada jarak lagii. Kembalii Lenora menciium biibiirku. Kalii iinii bukan hanya mengecup, tetapi diia melumat dan mengulumnya dgn penuhl gaiirah. Sedangkan aqu tetap diiam, enggak memberiikan reaksii apa-apa. Lenora melepaskan pagutannya dan menatapku, Seakan enggak percaya kalo aqu sama sekalii enggak biisa apa-apa.