Saturday, August 25, 2018

Perpisahanku dengan Zeta

Cerita Dewasa-Perjalanan Salatiga-Kopeng hanya sekitar 45 menit. Aku sendiri sebenarnya lelah setelah tadi malam kuhabiskan dua rondeku dengan kedua suamiku. Cumbuan Rafi yang begitu lama membuatku benar-benar habis tenaga, belum Mas Hanung yang selalu mengambil babak akhir permainan kami. Mas Hanung memang sangat senang membenamkan kontolnya ke dalam memekku saat aku telah mencapai orgasme. Biasanya ia akan membenamkan kontolnya dan memelukku dengan penuh perasaan sambil menikmati remasan-remasan memekku, bahkan tadi malam sempat kram rasanya otot-otot memekku karena permainan mereka berdua.


Cerita Kisah Wanita Malam-Seperti biasanya aku meminta Rafi untuk telentang dan membuka kedua pahanya dengan kepala bertelekan 2 bantal, lalu aku menaikinya dengan posisi membelakangi dan bertumpu pada kedua tanganku ke belakang. Posisi ini sangat aku sukai karena Mas Hanung dapat dengan mudah melumat clitorisku sementara Rafi memompa memekku dari bawah sambil meremas putingku. Rasanya semua syaraf nikmatku tak ada yang terlewat menerima rangsangan dari keduanya.


Begitu aku orgasme yang ketiga dan Rafi memuntahkan spermanya di memekku, langsung Mas Hanung mengambil alih dengan membenamkan kontolnya ke memekku. Mas Hanung menikmati kontraksi otot-otot vaginaku dan berlama-lama berada di sana, sebelum kemudian memompa memekku dengan penuh perasaan.

“Kok ngelamun Imel, kita dah nyampe nih..!” ujar Rafi mengagetkanku sambil memasukkan kendaraan ke pelataran villa. Aku tergagap. Kulihat Pak Kidjan penjaga villa kami memberi salam.
“Zeta, bangun sayang, kita udah nyampe nih..!” bisik Mas Hanung.

Yang dibisiki menggeliat sambil mengucek-ucek mata. Kembali dipeluknya Mas Hanung dan mereka berciuman lembut penuh perasaan. Entah mengapa sejak mula pertama Mas Hanung bercinta dengan Zeta tak ada rasa cemburuku, aku malah bahagia melihat keduanya, tapi anehnya aku cemburu kalau Mas Hanung dengan yang lain.

Pada pukul 17.00 tepat kami sudah selesai memasukkan semua bawaan ke dalam villa dengan dibantu Pak Kidjan. Setelah itu kami suruh Pak Kidjan untuk mengunci pagar dan pulang karena kami katakan bahwa kami ingin beristirahat dengan tidak lupa memintanya agar besok jam 10 dia datang lagi.

Villa ini dibeli oleh Rafi karena sebelumnya memang direncanakan untuk coba-coba usaha agribisnis. Bangunan yang ada hanya sederhana saja karena memang bekas bangunan Belanda yang terletak di tengah-tengah tanah seluas 1 hektar yang di depannya ada rumah penjaga yang jaraknya 75 Zet..an. Ada 4 kamar, yang dua besar dan ada connecting door, salah satunya ada 2 tempat tidur dan yang satunya single, dengan ruang tamu cukup luas, ruang dapur dan garasi. Kami sengaja memakai dua kamar yang besar itu.

 “Mandi dulu gih..” pinta Mas Hanung pada saya dan Zeta.
“Maas, Zeta dimandiin Mas aja.. Ya” rengek Zeta manja sambil memegang lengan Mas Hanung.
“Idih, kan udah becal, Zeta kan bisa mandi cendili” goda Mas Hanung dicedal-cedalkan.
“Nggak mau.., Zeta mau mandi ama Mas aja” jawab Zeta merajuk sambil cemberut dan langsung minta gendong.

Aku dan Rafi hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka. Lalu Mas Hanung menggendong Zeta berputar-putar. Bibir keduanya tampak berpagutan mesra. Sambil tetap berciuman mereka menuju kamar mandi, yang oleh Rafi sudah diganti dengan jacuzzi besar yang cukup untuk berendam 4 orang dan ada air panasnya. Lalu Rafi meraihku dan memelukku, kami berciuman.

“Nyusul yok.. Kita bisa saling gosok” ajak Rafi dengan langsung menggendongku.

Di jacuzzi, Mas Hanung sedang memeluk Zeta dari belakang sambil menciumi rambutnya, tapi aku yakin bahwa pasti tangan Mas Hanung yang satu tidak akan jauh-jauh dari puting susu Zeta, sedang yang lain entah apa yang digosok, tapi karena di dalam air dan tertutup busa sabun jadi tidak kelihatan. Sementara itu yang dipeluk memejamkan matanya penuh kenikmatan sambil sesekali mendesis.

Aku turun dari gendongan Rafi. Kulepas semua pakaianku hingga telanjang bulat, setelah itu ganti kulucuti pakaian Rafi sampai tak bersisa. Kontol Rafi yang besar masih belum bangun penuh, jadi masih setengah kencang. Dengan berbimbingan tangan kami masuk ke air dan Rafi bersandar dekat Mas Hanung. Dengan meluruskan kedua kakinya, aku maju ke pangkuan Rafi, kutempelkan bibir memekku ke atas kontol Rafi dan kutempelkan dadaku ke dadanya. Hangatnya air dan sentuhan kulit kami terasa nikmat, benar-benar nikmat.

Dengan perlahan tapi pasti benda bulat dalam lipatan bibir memekku membesar mengeras dan berusaha berdiri tegak, tapi karena tertahan oleh belahan memekku, benda tersebut tak bisa tegak. Di sebelahku, Zeta juga sedang menduduki barang yang sama seperti aku. Aku tahu pasti, bahkan aku yakin bahwa Mas Hanung masih belum memasukkan barangnya ke memek Zeta. Kami berempat tak ada yang bersuara, hanya sesekali terdengar desahan lirih dari mulut Zeta tetapi kami sama-sama tahu bahwa kami masing-masing sedang menikmati sesuatu yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

“Engh.. Egh..” tiba-tiba desahan Zeta semakin keras diiringi geliat tubuhnya yang seperti cacing kepanasan.
“Aduh Mas, Zeta nggak kuat.. Oh Mbak, ooh.. Mas Rafi, ayo dong, Zeta duluan” pintanya.

Kalau sudah begini biasanya Zeta meminta Rafi untuk segera membenamkan kontolnya ke memeknya. Aku beringsut meninggalkan Rafi sementara Mas Hanung masih memangku Zeta dari belakang dalam posisi kedua kaki lurus ke depan dan bersandar pada dinding jacuzzi. Rafi mendekat dari depan sambil mengarahkan kontolnya ke arah selangkangan Zeta dan Zeta memberi jalan dengan mengangkangkan kedua pahanya. Perlahan dengan bimbingan tangan Zeta, kepala kontol Rafi memasuki memek Zeta, jelas terlihat dari ekspresinya yang mendesis keenakan.